Sabtu, 27 November 2010

12 Agustus 2010, 01.30 WIB

untuk kau yang tak ingin pulang,
hari ini tak mungkin terhenti

untuk kau yang tak ingin pulang,
kemarin tak mungkin berlanjut

untuk kau yang tak ingin pulang,
esok bernyanyilah dalam perjalanan

untuk kau yang tak ingin pulang,
peluklah isak kami
biar hati basi kami kuat menanti

kami tak ingin kau pulang saat ini
tapi kau harus pulang

Rabu, 24 November 2010

A***A

Aku melihat Tuhan di matanya
2 detik yang menyudutkan-mempertanyakan-menerkam

Minggu, 21 November 2010

Telah Sampai

Telah sampai hatiku semalam
Meredam bersama gesek daun lalu menyanyi
Sementara yang abadi

Telah sampai hatiku semalam
Menderu diantara bising dan terus mengiang
Sementara yang membiru

Jauh lagu mengalun dalam keramaian
Hanya kita yang mendengar
Lewatlah gelisah yang membeku
Oh.. hanya kita yang berpacu

Selasa, 02 November 2010

Aurora Borealis #Us

Out of time to say
We’re side by side in silence
Looked at the cryptic night
Watched the mind fought the heart
The chance’s too fast to move
Deepest I was out of time

Only glanced of eyes made me stay here
You're so mysterious and high
You wouldn’t speak, I wouldn’t blame
I’m the coward, didn’t have a brave
(Looked at you, asked you)
(Smiled for you at myself)

Sabtu, 23 Oktober 2010

Aurora Borealis# Kau dan Aku=Satu

Aku mencium aroma lavender, sangat dekat saat penat. Aku memejamkan mata dan perlahan menyalakan mesin waktu untuk menghantar kembali ke kamarin, kemarinnya, kemarinnya lagi. Sekelebat ingatan lain menghalangi, tapi aku mencoba focus untuk menekan tombol ‘pause’ pada saat itu, yang tiba-tiba melesat di kepala dan ingin kupahami.

Aku sudah berhasil menemukan adegan itu. Ku ulang sedikit dari sebelumnya, saat mulai berjalan, lalu ia muncul di tikungan, kemudian kami berjalan berlawanan arah, sampai akhirnya berpapasan dan saling melempar lirikan. Yak, PAUSE !!

Aku perhatikan benar bagaimana pose kami masing-masing. Aku perhatikan lebih detail bentuk tubuhnya dari kaki, terus keatas melewati dagu, bibir, hidung, dan…
Sepasang bola dalam rongga yang memberikan siratan-siratan. Cinta, keyakinan, harapan, inspirasi, juga ‘Dia’. Aku terperanjat tak bisa berkata-kata. Napasku tersengal, aku memegangi leher yang tercekik ilusi. Apa benar ruh-ku terpantul dalam cermin matanya? Aku menunduk sejenak. Dengan sedikit kekuatan baru aku mendongak lagi ke titik tadi. BENAR, ada ‘Dia’ disana. Setelah sekian lama aku mencariNya dalam ritual dan segala pertanyaan. Berarti….

Aku menghembuskan kelegaan seketika. Istilah ‘tak harus memiliki’ ku coret dan kutimpa dengan type-x setebal mungkin. Aku meninggalkannnya dalam buku lama, aku akan menulis yang baru, yang tidak terasa seperti menggenggamnya ‘secara fisik’ karena aku tahu aku dan dia adalah satu, akan bersatu suatu waktu, dalam dunia yang tak terbayangkan dan terelakkan. Jiwa kami berdampingan disini dan disana. Ruh kami ditiupkan dengan partikel yang sama, dan akan tetap menjadi 'barang' yang sama.

Jumat, 22 Oktober 2010

Hanya endapan..

apa yang belum terpecahkan?
apa yang harus didobrak?
semua hanya tentang cinta, cinta, dan memiliki
apa hidup kita hanya untuk sakit hati?
apa jiwa kita hanya untuk mengisi jasmani?
siapa yang memikirkan dunia?
siapa yang peduli generasinya?

aku muak dengan omong kosong yang berkepanjangan ini
aku hanya bisa bicara pada diri sendiri
aku hanya bisa mendengarmu yang juga menentang
apa yang bisa kita lakukan?

mereka seolah tidak peduli
tapi menolak apa yang terjadi, apa yang kita pilih
apa mereka pernah berpikir lebih jauh?
setebal apa sensasi awan cinta itu?
sehingga tidak ada hal lebih baik
untuk generasi tercinta dari kisah mereka saat ini?

Senin, 18 Oktober 2010

24 Jam

24 jam lalu semua berubah total
Ada yang menekan kepalaku, mengerutkan kening
Apa itu ?
Menjalar menutup gendang telinga
Ragaku berbaring, tapi jiwaku berlarian,
asing..
Melayang ke tempat-tempat yang baru kuselami 24 jam sebelumnya
Jauh.. ikut bercengkrama dengan makhluk-makhluk laut dan Sang Imortal
Ada apa ini ??

Kamis, 29 Juli 2010



*****

Sabtu, 08 Mei 2010

Cigarette

Ia menghisap lagi rokok yang terjepit di jarinya. Asapnya mengepul dari rahang bawahnya yang tegas, membubung ke atas dan menghampiri bola matanya. Ia mengerjapkan matanya yang perih dan memerah. Tapi ia menghisap lagi rokoknya, menerawang ke kehidupan di atasnya. Awan abu semakin tebal, seolah-olah berasal dari asap yang dihembuskannya. Sangat tebal, hingga tak tahan untuk jatuh, seperti mimpinya yang terjilid rapi bertahun-tahun, ternyata hanya kertas kosong.

Ia menyalakan sebatang rokok lagi, menghisapnya lebih dalam. Ia terbatuk-batuk. Asap rokoknya berlarian keluar dari mulutnya. Ia menghirup udara sebentar sambil melirik puluhan puntung rokok yang berpencar pasrah di bawahnya. Ia masih menghisap..Satu kali..Dua kali...sampai habis satu bungkus berikutnya. Udara mendung terasa panas, seperti matanya. Lidahnya getir, seperti hidupnya. Angin membelai tubuhnya yang kaku, turut bersimpati. Ia tidak peduli. Racun rokok memang melukai tubuhnya, mengikis paru-parunya. Ia tidak peduli, sekalipun terkapar saat itu juga.

Tapi, kekuatan itu melawan. Luka hatinya menggerogoti bagian lain, terus melebar dan kehabisan darah. Ia berusaha tidak peduli. Ia mulai bernyanyi, suaranya sumbang. Ia melukis di lantai dengan abu rokok, angin menghamburkannya. Dan ia tidak akan pernah mungkin tidak peduli.

Senin, 01 Februari 2010

Seni Jalanan

Seni jalanan adalah kekayaan gerak, nada, dan bentuk. Ia menikung, lurus, terbagi 4, bercabang 3, menanjak, landai, ramai, gemerlap. Terkadang sibuk, sesaat sepi, terkotak-kotak, luas, padat. Ia juga menghibur, melelahkan, mengerikan, dan mengherankan. Ia adalah kreativitas yang terselip. Kalau berhasil menemukannya, ia terlihat seperti dimensi yang terus berjalan.